Selamat Datang Di MiningForce.bloggspot.co.id blog yang membahas seputar ilmu pertambangan, Tutorial dan info menarik seputar pertambangan seperti:
* Geologi adalah ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukanya. Orrang yang mempelajari geologi disebut geolog
* Geoteknik adalah salah satu cabang ilmu teknik sipil. Didalamnya diperdalam pembahasan mengenai permasalahan kekuatan tanah dan batuan serta hubunganya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang berdiri diatasnya.
Juga Membahas Tutorial-tutorial seputar softwear yang dipakai di dunia pertambangan, seperti :
*Tutorial Minescape, dimana minescape adalah rangkaian solusi terintegrasi yang dirancang untuk operasi pertambangan dengan sistem open cut dan underground. Minescape menghasilkan pemodelan geologi yang luas dan memiliki fungsi desain tambang.
* Surpac Tutorial, dimana surpac adalah softwear yang sudah dikenal didunia pertambangan tidak hanya untuk engineer tapi juga dapat digunakan untuk geologi, surveying dan juga untuk IT dan finance, Data yang diberikan berupa data dalam mining dan juga eksplorasi. Surpac dapat mengolah data, membuat model cadangan dan estimasi, perhitungan volume dan sistem grade control.
Tutorial Auto Cad LD, Tutorial X-pact dll. E-book yang bisa di download secara gratis.

Semua ilmu menarik seputar pertambangan dibahas disini, semua kegiatan pertambangan Insha Allah juga akan kami bahas satu persatu secara detail.


Tutorial Minescape - Membuat Posting Dedalam Bor Blasting

TUTORIAL MINESCAPE MEMBUAT POSTING DEDALAM BLASTING

1. Tentukan Lokasi yang akan dibuat blasting dan gambarkan dalam patern bor blasting buat garis bantu sejajar Pit dan tegak lurus Pit...
Tentukan titik bor pertama yang dekat dengan wall, perhitungkan jarak antara final wall dengan lubang bor.
Lihat bentuk titiknya, jika kecil spt titik kemudian di lakukan edit
Klik EDIT/PROPERTIES/ATRIBUT.
Centang pada kolom marker (jangan lupa titik nya di select dulu sehingga berubah jai kuning)
Pada sebelah kanan segitiga pilih bentuk titik yang akan di pakai (pilih Oil Well) kemudian Apply


Lihat Hasilnya


2.    Lakukan copy along
Sellect titik yang akan di copy along sehingga berwarna kuning, kemudian lakukan
EDIT/COPY/ALONG  Klik garis yang sejajar Pit sehingga muncul gambar spt di bawah, dan masukan spasing yang akan di pakai, misal 6 meter
ENTER


setelah Di enter akan muncul titik sejajar garis PIT
3.  Dengan cara yang sama buat bor berikutnya supaya terbentuk V cut
4. Langkah selanjutnya membuat bor yang tegak lurus PIT
Select semua titik dibaris pertama untuk dilakukan copy along. Lakukan
Edit/Copy/Along pilih/klik pada garis yang tegak lurus PIT
Kemudian ENTER dan masukan nilai spasingnya
Hasilnya seperti gambar dibawah
Kemudian dengan cara yang sama untuk bor dibaris ke dua
5. Matikan semua layer dan drape ke situasi terakhir.
setelah semua bor tergambarkan kemudian matikan semua layer dan lakukan drap titik bor tersebut ke surface pada situasi terakhir.
Lakukan
Strip_design/drape

Kemudian Apply
check kenampakanya dalam format tiga dimensi

6. Melakukan Ewport titik bor ke excel
Pilih windows explorer/design file/export/pipih format XYZ

Save/Ok
Hasilnya bisa dibuka di windows explorer, lihat project/senoni/data/bor_blasting.dat
7. Melakukan edit bor hole di excel
buka excel, kemudian buka bor blasting
Pilih delimited/next
 Pilih Space, Other Dan Comma
Next
 Finish
Di excel akan muncul spt Di bawah
Sebagai contoh kita akan melakukan posting bor hole tersebut ke elevasi 165
Tambahkan Kolom dan Row seperti gambar dibawah
Hilangkan semua headernya sehingga tinggal table spt dibawah

 Simpan file tersebut dalam fomat CSV

Kembali ke minescape
Buka windows explorer/table/generic/create
buat table seperti dibawah ini, kemudian apply
8. Melakukan Import table file
Windows explorer/table files/generic/import/data_bor(CSV yang terakhir kita buat)
Apply
Check hasilnya
Windows explorer/table files/generik?hole senoni (doeble klik)
9. Melakukan Posting Kedalaman bor blasting
Graphics/Post/Table
Isikan seperti kolom dibawah

Kemudian pilih Controls

Kemudian pilih display
Untuk dispaly pastikan post_symbol dan post_text memiliki text size ukuran kecil ini dilakukan dengan melakukan Klik Kanan/edit.
Memudian Apply semua

Lihat hasilnya dilayer hole_senoni dan munculkan design weekly nya

Sekian
Tutorial Minescape Membuat posting dedalam blasting
Selamat berlatih.

Pelajari juga tutorial minescape lainya
 Tutorial minescape - Block Model
 Tutorial minescape - Membuat Triangle and BDY
 Tutorial minescape - Scheduling
 Tutorial minescape - Drill and blast
 Tutorial Minescape - expresi and MXL

Download Tutorial Lengkap minscapepada sidebar Download E-Book

Semoga Sukses. Salam Tambang

















Air Asam Tambang (AAT) Dan Penangananya

     Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau "Acid Mine Drainage (AMD)" atau "acid Rock Drainage(ARD) terbentuk saat mineral sulfida (mineral belerang) yang ada pada betuan terpapar selama penambangan dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebebakan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Proses ini menghasilkan air ber pH rendah berpotensi melarutkan logam-logam berat dari batuan dilaluinya. Hasil reaksi kimia ini beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari sifat asalnya jika terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang dapat keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan istilah Air Asam Tambang (AAT).

Air Asam Tambang (AAT)


Artikel Terkait : Pertambangan Batubara    
                             Proses-proses geologi dan perubahan bentang alam     
                             Batuan-batuan dibumi  

     Air asam tambang adalah air asam yang keluar akibat penambangan, untuk membedakan air asam akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk membangaun fondasi bangunan, pembuatan tambank dan sebagainya. Pirit merupakan mineral sulfida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan terutama batubara. Terbentuknya air asam tambang dengan ciri Ph rendah, konsentrasi logam terlarut tinggi, Nilai acidity tinggi, nilai sulfat tinggi, dan konsentrasi O₂ rendah. Jika air asam tambang keluar dai tempat terbentuknya dan mengallir kelingkungan umum maka faktor lingkungan akan mempengaruhi

Sumber Air Asam Tambang (AAT)

     Sumber air asam tambang adalah dari pertambangan terbuka terutama pada tambang batu bara, yamg memilikai resiko terpapar oleh air hujan sehingga berpotensi sangat besar untuk menjadi tempat terbentuknya Air asam tambang.
 Berikut beberapa mineral sulfida yang beroksidasi dan menimbulkan Air Asam Tambang (AAT)
Mineral sulfida yang menimbulkan Air Asam Tambang (AAT)

Pencegahan terbentuknya Air Asam Tambang (AAT)

     Salah satu upaya pencegahan terbentuknya Air Asam Tambang (AAT) adalah dengan pembangunan lapisan penutup material reaktif, umumnya dikenal sebagai Potentially Acid Forming (PAF) material, dengan material yang tidak reaktif, Non Acid Forming(NAF) material, tanah atau material alternative seperti Geosyntetic Clay Liner (GCL). Lapisan ini dikenal juga dengan sebutan dry cover system. Tujuan dari pembangaunan lapisan ini adalah untuk mengurangai difusi oksigen dan infiltrasi air, sebagai faktor penting dalam proses oksidasi mineral sulphida. Selain itu, sistem pelapisan ini juga diharapkan dapat tahan terhadap erosi dan mendukung upaya revegetasi lahan penimbunan material.

Penanganan Air Asam Tambang

     Pengolahan air asam tambang harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang kebadan air, sehingga nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia diantaranya seperti :
  • limestone (calcium carbonat)/ batu gamping telah digunakan berpuluh-puluh tahun untuk menaikan Ph dan mengendapkan logam didalam air asam. Penggunaan limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-bahan kimia, kekurangan dari limestone ini mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang rendah dan limestone terlapisi.
  • Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air asam, hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam sangat besar dan keadaan acidity yang tinggi, bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.
  • Caustic Soda (Sodium Hydroxide), merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh (tidak mempunyai sifatkelistrikan), kondisi aliran yang rendah caustic menaikan pH air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan mangan merupakan suatu masalah. Penggunaanya sangat sederhana, yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic kedalam air asam, karena kelarutanya akan menyebar didalam air. Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic untuk penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam penangananya, penggunaan caustic padat lebih  murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.
  • Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate), biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
  • Anhydrous Ammoni, digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk mengendapkan logam-logam didalam air asam, ammonia diinjeksikan kedalam kolamatau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikan pH Amminia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydrocyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan, ammonia efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.
  • Pengunaan Tawas sebagai bahan Koagulan, air asam dalam kegiatan pertambangan juga bisa dipastikan akan memilikai kekeruhan yang sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhanya dapat menggunakan bahan kimia seperti alum atau dikenal dengan tawas (AI2SO₄)₃. Tawas merupakan bahan kaogulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah pentimpananya. Jumlah pemakaian tawas tergantung pada turbidity (kekeruhan air). semakin tinggi tubidity maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 - 7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas..

Analisa Produktifitas Peledakan Untuk Mencapai Target Produksi Peledakan

     Peledakan pada kegiatan penambangan merupakan salah atu cara yang efektif untuk pemberaian batuan yang secara fisik bersifat keras dan peledakan dilakukan agar proses pemberaian batuan penutup terjadi secara singkat dan waktu yang digunakan pun cukup cepat.

     Dalam suatu kegiatan peledakan (blasting), fragmentasi dan pelemparan batuan (flyrock) adalah merupakan dua akibat mendasar dari kegiatan peledakan yang harus diperhatikan. Salah satu penilaian terhadap keberhasilan suatu operasi peledakan pada areal tambang adalah tercapainya suatu tingkat fragmentasi batuan sesuai dengan yang direncanakan. Pada perusahaan tambang fragmentasi batuan hasil peledakan yang dibutuhkan harus sesuai dengan kapasitas alat muat dan alat angkut yang akan digunakan setelah proses peledakan tersebut.



Baca Juga : Perhitungan cadangan dengan Geostatistik Dan Krigging                    
                     Metoda Perhitungan Sumber Daya Cadangan
                     Perhitungan Produksi Alat Berat

A. Klasifikasi batuan
  1. Batuan Beku ~ terjadi dari pembekuan magma yang mengalami proses pendinginan dan membentuk kristal sacara perlahan-lahan.
  2. Batuan Sedimen ~ terbentuk dari proses pengendapan material-material hasil pelapukan yang tersusun secara berlapis menurut urutan waktu pengendapan.
  3. Batuan Metamorf ~ Terjadi dari suatu proses rekristalisasi yang terjadi pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Sifat-sifat dari batuan yang dihasilkan tergantung pada batuan yang terkena metamorfosa dan seberapa jauh deformasi yang berhubungan dengan prosesnya.
B. Sifat-sifat teknis batuan
     Sebelum melakukan kegiatan peledakan, seorang juru ledakharus mengetahui sifat-sifat teknis batuan yang akan dilakukan peledakan karena hal tersebut akan mempengaruhi kegiatan pemboran untuk lubang ledak tersebut. Sifat-sifat teknis batuan itu terdiri dari :
  1. Kekerasan ~ merupakan daya tahan dari suatu bidang permukaan halus abrasinya. Kekerasan batuan dapat juga digunakan untuk menyatakan besarnya tegangan yang menyebabkan kerusakan batuan. ciri-cirinya yaitu :  padat,  kuat, dan tak mudah pecah
  2. Tekstur ~ Dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat looseness, density, porositas, dan ukuran butir.
  3. Abrasivitas ~ yaitu Pengikisan oleh gesekan antara dua material yang mempunyai daya hancur, atau merupakan parameter yang mempengaruhi keausan mata bor ( dril bit) dan batang bor (drill dtell). Untuk mengukur dan mengukur keausan mata bor abrasivitas tergantung pada komposisi batuan yang terkandung didalam batuan tersebut.
  4. Rock Drill Ability ~ Adalah kecepatan penetrasi mata bor kedalam batuan.
  5. Rock blast ability ~ Merupakan tahanan terhadap peledakan yang sangat dipengaruhi oleh keadaan batuan. Batuan yang keras dan padat pada kegiatan peledakan dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan batuan yang banyak terdapat celah, sebagian energi dari dahan peledak akan hilang kedalam rekahan dan proses peledakan akan sulit dikontrol. adapun  Faktor yang mempengaruhi  "Rock Blast Ability" antara lain patahan, jenis batuan, bidang pelapisan, dan strike-dip formasi batuan.
C. Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan
     Konsep yang dipakai adalah konsep pemecahan dan reaksi-reaksi mekanik dalam batuan homogen. Sifat mekanis dalam batuan yang homogen akan berbeda dari batuan yang mempunyai rekahan-rekahan heterogen seperti yang dijumpai dalam pekerjaan peledakan. Proses pecahnya batuan akibat dari peledakan dibagi dalam tiga proses yaitu : Dynamic loading, Quasi-static loading, dan release of loading.
  1. Proses pemecahan tingkat I ( Dynamic Loading) ~ Pad saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi menghancurkan batuan didaerah sekitar lubang ledak. Gelombang kejut yang mengakibatkan lubang ledak merambat dengan kecepatan 9000 - 17000 ft/det akan mengakibatkan tegangan tangensial, yang menimbulkan rekahan yang menjalar dari daerah lubang ledak. rekahan pertama menjalar terjadi dalam waktu 1 - 2 ms. pada tahap ini terjadi penghancuran batuan disekitar lubang tembak dan energi ledakan diteruskan ke segala arah.
  2. Proses Pemecahan tingkat II (Quasi-static loading) ~ Tekanan sehubungan dengan gelombang kejut yang meninggalkan lobang ledak pada proses pemecahan tinggkat I adalah positif. Apabila mencapai bidang bebas akan dipantulkan, tekanan akan turun dengan cepat, kemudian berubah menjadi negatif dan timbul gelombang tarik. Gelombang tarik ini merambat kembali didalam batuan. Oleh karena itu batuan lebih kecil ketahananya terhadap tarikan dari pada tekanan, maka akan terjadinya rekahan-rekahan primer yang disebabkan karena tegangan tarik dari gelombang yang dipantulkan. apabila tegangan renggang cukup kuat, akan menyebabkan slambing atau spalling pada bidang bebas. dalam proses pemecahan tingkat I dan II, fungsi dari gelombang kejut adalah menyiapkan batuan dengan sejumlah rekahan-rekahan kecil...... Secar teoritis energi gelombang kejut jumlahnya berkisar antara 5 - 15% dari energi total bahan peledak. Jadi gelombang kejut menyediakan kesiapan dasar untuk proses pemecahan tingkat akhir. Pada tahap ini energi peledakan yang bergerak sampai bidang bebas menghancurkan batuan pada dinding jenjang tersebut.
  3. Proses pemecahan tingkat III (release of loading) ~ Dibawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan maka rekahan radial primer (tingkat II) akan diperlebar secara cepat oleh kombinasi efek dari tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial dan pembagian (pneumetic wedging). Apabila massa batuan didepan lubang ledak gagal dalam mempertahankan posisinya bergerak kedepan maka tegangan tekan tinggi yang berada dalam batuan akan dilepaskan. Efek dari terlepasnya batuan adalah menyebabkan tegangan tarik tinggi dalam massa batuan yang akan melanjutkan pemecahan hasil yang telah terjadi pada proses pemecahan tingkat II. Rekahan hasil dalam pemecahan tingkat II menyebabkan bidang-bidang lemah untuk memulai reaksi- reaksi fragmentasi utama pada proses peledakan. Pada tahapan terakhir ini energi yang dipantulkan oleh bidang bebas pada tahap sebelumnya akan menghancurkan batuan dengan lebih sempurna.
    Gambar 1. Proses Pecahnya Batuan akibat peledakan
D. Fragmentasi Batuan 
     Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukan ukuran setiap bongkah hasil peledakan. Ukuran fragementasi tergantung pada proses selanjutnya. Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi batuan yang besar  9boulder) diperlukan, misalnya disusun sebagai penghalang ditepi jalan tambang. Namun kebanyakan diinginkan ukuran fragmentasi yang kecil karena penanganan pada kegiatan selanjutnya akan lebih mudah. Ukuran fragmentasi terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi mangkok alat gali 9 excavator / shovel) yang akan memuatnya ke dump truk.
     Beberapa ketentuan umum tentang hubungan fragmentasi dengan lubang ledak :
  1. Ukuran lubang ledak yang besar akan menghasilkan bongkahan fragmentasi, oleh karena itu harus dikurangi dengan menggunakan bahan peledak yang lebih kuat.
  2. Perlu diperhatikan bahwa dengan menambah bahan peledak akan menghasilkan lemparan yang jauh.
  3. Pada batuan dengan intensitas retakan tinggi dan jumlah bahan peledak sedikit dikombinasikan dengan  jarak spasi pendek akan menghasilkan fragmentasi kecil.
E. Pengaruh Ledakan Terhadap Batuan
     Pengaruh ledakan yang dilakukan menyebabkan timbulnya : daerah hancuran, daerah retakan, getaran tanah (ground vibration), Dan air blast.
  1. Daerah hancuran (crushed zone) ~ terdapat disekitar lubang ledak, dimana batuan padat akan berubah menjadi butiran-butiran halus berupa serbuk. hal ini dikarenakan tingginya temperatur dan tekanan gas-gas hasil reaksi peledakan serta tingginya tekanan detonasi. Ukuran daerah ini tergantung pada jenis bahan peledak dan material yang akan diledakan. 
  2. Daerah retakan (fracture zone) ~ terjadi jika tegangan yang ditimbulkan oleh ledakan lebih besar dari tegangan yang dapat diterima batuan. retakan-retakan yang terbentuk pertama kali disebabkan oleh tekanan detonasi yang kemudian diperbesar oleh tekanan peledakan. ukuran daerah ini dipengaruhi oleh jenis batuan dan bahan peledak. Untuk batuan sedimen ukuran daerah retakan dapat mencapai 40 kali diameter lubang ledak.
  3. Getaran tanah (ground vibration) ~ terjadi pada daerah elastic ( Elastic Zone). Di daerah ini tegangan yang diterima batuan lebih kecil dari kekuatan batuan sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastic batuan maka bentuk dan volumenya akan kembali kekeadaan semula setelah tak ada tegangan yang bekerja. Perambatan tegangan pada daerah elastic akan menimbulkan gelombang elastic yang dikenal juga sebagai gelombang seismic.
  4. Air Blast ~ adalah gelombang tekanan yang dirambatkan di atmosfer dengan kecepatan suara. Ada 2 macam air blast : ~ Yang dapat didengar (audible sound)
                                    ~ Yang tidak dapat didengar ( subaudible sound)
                                        audible air blast mempunyai frekuensi dibawah 29 Hz.


F. Faktor Yang Mempengaruhi Frakmentasi Batuan
  1. Karekteristik batuan , berupa :
  • Kekuatan (strenght), Merupakan kekuatan batuan untuk menahan beban atau gaya yang bekerja pada batuan tanpa terjadi kerusakan pada batuan. Gaya-gaya tersebut berupa gaya tarik dan gaya tekan.
  • Kekerasan, adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan.
  • Kerapatan (Density), batuan yang mempunyai kerapatan yang tinggi berarti mempunyai butiran rapat dan padat sehingga memungkinkan penyebaran energi dalam batuan lebih cepat dan mudah. Batuan yang paling rapat mempunyai kehilangan energi yang lebih kecil dan cenderung dapat hancur lebih baik.
  • Kecepatan Penyebaran Energi (velocity), dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan energi tekan sampai kebidang bebas dan kemudian kembali lagi.
  • Elastisitas, Sifat elastisitas batuan dapat dinyatakan dalam modulus elastisitas, yang merupakan faktor kesebandingan antara tegangan normal dan tegangan relativnya. Modulus elastisitas sangat terggantung pada komposisi mineralnya, porositas, jenis perpindahan dan beban yang diterapkan.
  • Plastisitas, merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasitetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur.
  2. Struktur Geologi
     Struktur Geologi batuan dapat mempengaruhi kelurusan lubang ledak dan kecepatan pemboran. Sedangkan pda proses peledakan struktur geologi dapat melemahkan gelombang kejut dan melepaskan serta membuat ketidak simbangan dalam distribusi isian bahan peledak.

  3. Pengaruh Air Tanah 
     Kondisi air tanah juga dapat mempengaruhi hasil dari peledakan. adanya air tanah dapat memyebabkan terjadinya pendinginan reaksi dan larutnya unsur-unsur bahan peledak oleh air.
     Bahan peledak ANFO (Amonium Nitrat-Fuel Oil) memiliki tingkat ketahanan yang buruk terhadap air, sehingga apabila ANFO yang digunakan terkontaminasi oleh air maka akan mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan bahkan bisa menyebabkan terjadinya gagal ledak.

  4. Geometri Pemboran
     Geometri pemboran dan pola pemboran dirancang secara terpadu dalam rancangan peledakan. Geometri pemboran meliputu : Diameter lubang bor, Burden, spasi, kedalaman lubang bor dan kemiringan.
     Geometri pemboran juga meliputi arah pemboran. arah pemboran ada dua yaitu : arah pemboran tegak dan arah pemboran miring.
     Lunang tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian jenjang menerima gelombang tekan yang besar, sehingga menimbulkan tonjolan (toe) pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pad bagian bawah lantai jenjang. Dan energi pada peledakan ini juga tidak cukup untuk memberikan dorongan untuk melepas batuan dari batuan induknya. 
     Sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang akan lebih kecil. Kemiringan lobang tembak sebenarnya tergantung pada lokasi peledakan dilapangan. 
Gambar 2. Arah Pemboran
  5. Pola Pemboran
     Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang bebas yang mencukupi. Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan mendapatkan lobang-lobang tembak secara sistematis. Pola pemboran yang bisa diterapkan pada tambang terbuka biasanya ada tiga macam pola pemboran yaitu :
  • Pola Bujur Sangkar (square pattern) ~ Pola pemboran ini adalah dimana jarak antara burden dan spasi nya sama panjang yang membentuk bujur sangkar.
  • Pola Persegi Panjang (rectangular pattern) ~ dimana ukuran spacing dalam satu baris lebih besar dari jarak burden yang membentuk pola persegi panjang. umtuk mendapatkan fragmentasi yang baik , pola ini kurang tepat karena daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup besar. 
    Gambar 3. Pola pemboran square pattern dan rectangular pattern
  • Pola selang-seling ( Staggered pattern) ~ dalam Pemboran ini lobang tembak dibuat seperti Zi-zag sehingga terbentuk pola segitiga. Dimana jarak spacing besar sama atau lebih besar dari pada jarak burden. Pada Pola ini daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup kecil dibandingkan dengan pola yang lainya. Namun pada penerapan dilapangan pola ini cukup sulit melakukan pemboran dan pengaturan lebih lanjut . Tetapi untuk memperbaiki fragmentasi batuan hasil peledakan maka pola ini lebih cocok digunakan. Untuk mendapatkan fragmentasi hasil peledakan  yang baik , pola pemboran juga harus diperhatikan. Karena terlihat pada gambar 4 area tidak terkena peledakan lebih kecil dibandingkan pola pemboran sejajar. Dimana pada area tidak terkena energi peledakan, batuan tersebut akan berukuran besar atau dapat dikatakan fragmentasi hasil peledakan berukuran besar (boulder).
Gambar 4. Keuntungan pola pemboran selang seling
 G. Peledakan
     Peledakan pada perusahaan tambang dilakukan yntuk memberaikan batuan dari batuan induknya. Dan dilakukan untuk menunjang operasi penggalian yang dilakukan excavator, karena tujuan dari peledakan itu sendiri membuat fragmentasi sehingga dapat menghasilkan rekahan pada batuan, yang dapat memudahkan dalam proses penggalian batuan tersebut.
 
1. Geometri peledakan, merupakan suatu hal yang sangat menentukan hasil peledakan dari segi fragmentasi yang dihasilkan, rekahan yang diharapkan maupun dari segi jenjang yang terbentuk. Dalam kegiatan peledakan yang termasuk geometri peledakan adalah : burden, spasi, stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, panjang kolom isian, diameter lubang ledak dan tinggi jenjang.

Gambar 5. Geometri Peledakan

  •  Burden (B) ~ Merupakan jarak tegak lurus antara lubang tembak terhadap bidang bebas yang paling dekat. Burden merupakan dimensi yang paling penting dalam kegiatan peledakan, karena burden digunakan untuk menentukan geometri peledakan lainya. Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan energi secara maksimal dapat bergerak dari kolom isian menuju bidang bebas dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran. Apabila peledakan dilakukan penerapan jarak burden yang terlalu kecil maka akan mengakibatkan energi ledakan dengan mudah bergerak menuju bidang bebas dapat menyebabkan terjadinya batuan terbang (Flying rock). Sedangkan jarak burden yang terlalu besar akan mengakibatkan energi tidak cukup kuat untuk mencapai bidang bebas sehingga pecahnya batuan akan terbentuk bongkahan atau boulder
  • Spasi (S) ~ Adalah Jarak antara lubang tembak dalam suatu baris dan diukur sejajar terhadap dinding teras (jenjang). Dalam memperkirakan panjang spasi, yang perlu diperhatikan adalah apakah ada interaksi antara charges yang berdekatan. Apabila masing-masing lubang bor diledakan sendiri-sendiri dengan interval waktu yang cukup panjang dan untuk memungkinkan setiap lubang bor meledak dengan sempurna, maka tidak akan terjadi interaksi sehingga akan menyebabkan terjadinya efek yang kompleks.
  • Stemming (T) ~ atau collar merupakan suatu kolom untuk tempat material penutup didalam lubang tembak yang terletak diatas kolom isian. Stemming digunakan untuk menentukan stress balance (tegangan untuk memecah batuan agar dapat meledak keatas secara serentak). Stemming juga berguna untuk mengurung gas-gas yang timbul dari hasil peledakan sehingga dapat merekahkan batuan dengan energi yang maksimal. Ada 2 hal yang berhubungan dengan stemming antara lain : 
  1. Ukuran Panjang Stemming, Pada umumnya sama dengan burden apabila peledakan dilakukan pada batuan kompak, untuk mendapatkan hasil peledakan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Apabila didalam proses peledakan menggunakan panjang stemming yang terlalu pendek maka energi ledakan  yang dihasilkan cenderung lebih cepat mencapai bidang bebas sehingga menimbulkan batuan terbang (fly rock) dan energi yang menekan batuan tidak maksimal. Stemming yang pendek juga akan menghasilkan fragmentasi batuan yang kurang baik (begitu juga sebaliknya).
  2. Ukuran material stemming, ini sangat mempengaruhi terhadap hasil peledakan, apabila bahan stemming terdiri dari butiran-butiran halus dari pemboran (cutting), kurang memiliki gaya gesek terhadap lubang tembak sehingga udara yang bertekanan tinggi akan mudah mendorong material stemming tersebut. sehingga energi yang seharusnya menghancurkan batuan, banyak hilang melalui rongga stemming. Untuk mencegahnya banyak menggunakan bahan yang berbutir kasar dan keras.
    Gambar 6. Stemming

  • Subdrilling (J) ~ Merupakan penambahan kedalaman pada lubang ledak dengan tujuan supaya batuan dapat meledak secara full face sebagaimana yang diharapkan dan batuan yang terbongkar hanya sebatas lantai jenjang saja. Subdrilling yang terlalu pendek dapat mengakibatkan terjadinya tonjolan (toe) sehingga dapat menyulitkan proses kegiatan selanjutnya.
  • Kedalaman lubang ledak (H) ~ merupakan kedalaman lobang yang akan diledakan yang merupakan penjumlahan antara tinggi jenjang dengan subdrilling. kedalaman lobang ledak yang dibuat tidak boleh lebih kecil dari pada burden. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya (everbreak) dan (flyrock) kedalam lobang ledak biasanya ditentukan berdasarkan kapasitas produksi yang diinginkan. 
    Gambar 7. Kedalaman lubang ledak
  • Tinggi jejak (L) ~ Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang diambil berdasarkan kedalaman lobang tembak dan subdrilling. Jika tinggi jenjang melebihi kedalaman lubang tembak, maka sering terbentuknya tonjolan (toe) dibagian bawah jenjang. Hal ini disebabkan karena energi ledak dari bahan peledak tidak mampu memcapai bagian bawah jenjang.
  • Panjang Kolom isian (PC) ~ merupakan panjang kolom lobang tembak yang akan diisi bahan peledak. panjang kolom ini merupakan kedalaman lobang tembak dikurangi stemming yang digunakan. Semakin banyak bahan peledak yang digunakan dalam proses peledakan maka akan memerlukan panjang kolom isian yang cukup panjang sehingga juga akan berpengaruh kepada ukuran panjang stemming.
    Gambar 8. Panjang Kolom isian (PC)
2. Pola Peledakan,  Secara umumpola peledakan menunjukan urutan peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut waktu tunda (delay time). Berikut adalah keuntunganyang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda pada sistem peledakan antara lain :
  • Mengurangi getaran
  • Mengurangi Over break dan batuan terbang (fly rock)
  • Mengurangi gegaran akibat air blast dan suara (noise)
  • Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan.
  • Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan
     Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
  • Box cut, adalah pola peledakan yang arah runtuhanya kedepan dan membentuk kotak.
  • Corner cut, adalah pola peledakan yang arah runtuhan batuanya ke salah satu sudut dari bidang bebas.
  • V cut, adalah pola peledakan yang arah runtuhan batuanya kedepan dan membentuk huruf V

H. Klasifikasi Bahan Peledak
     Bahan peledak pada industri pertambangan pada umumnya terbuat dari campuran bahan-bahan kimia, sehingga disebut bahan peledak kimia.
     Definisi dari bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, gas atau campuranya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan bereaksi dengan sangat cepat dan bersifat panas (eksotermis) yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas bertekanan tinggi dan temperatur sangat panas.
     Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi kwalitas bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi.
     Proses dekomposisi bahan peledak dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Pembakaran ~ adalah reaksi kimia yang bersifat panas pada permukaan objek yang terbakar dan dijaga keberlangsungan proses pembakaranya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur oksigen baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekul bahan ataupun material yang terbakar.
  2. Deflagrasi ~ adalah reaksi pembakaran dengan kecepatan sangat tinggi dan menghasilkan gas-gas bertekanan yang tekananya meningkat (ekspansi) selama proses pembakaran berlangsung sehingga menimbulkan ledakan. Akibat dari tekanan ini, maka terjadi efek pengangkatan yang besarnya sebanding dengan proses pembakaran yang terjadi.
  3. Ledakan ~ adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dan diiringi suara keras serta efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculanya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis yang merusak disertai panas dan bunyi yang keras.
  4. Detonasi ~ adalah proses kimia-fisika dengan kecepatan reaksi yang sangat tinggi yang menghasilkan gas dan temperatur sangat besar serta membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi tersebut menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi sehingga berakhir dan memberikan efek merusak (shattering effect). Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak mekanik, kimia, dan nuklir. Jenis bahan peledak secara garis besar diklasifikasikan menjadi 3 golongan (JJ Manon 1978) :
  • Bahan peledak mekanis
  • Bahan peledak kimia : ~ High explosive : primary explosive dan secondary explosive
                                            ~ Low explosive : permissible explosive dan non permissible explosive
  • bahan peledak nuklir 

I. Sifat Fisik Bahan Peledak
     Sifat fisik bahan peledak merupakan suatu kenampakan nyata dari sifat bahan peledak ketika menghadapi perubahan kondisi lingkungan sekitarnya. kenempakan nyata inilah yang harus diamati dan diketahui tanda-tandanya oleh seorang juru ledak untuk mengidentifikasi suatu bahan peledak yang rusak, rusak tapi masih bisa dipakai, dan tidak rusak. Sifat fisik bahan peledak yang harus diperhatikan adalah :
  1. Densitas ~ secara umum adalah angka yang menyatakan perbandingan berat per volume.
  2. Sensitivitas ~ adalah sifat yang menunjukan tingkat kemudahan atau kerentanan suatu bahan peledak untuk terinisiasi (meledak) akibat adanya dorongan dari luar dalam bentuk benturan (impact), gelombang kejut (show wave), panas (flame), atau gesekan (friction).
  3. Ketahanan terhadap air (water resistance) ~ adalah ukuran kemampuan suatu bahan peledak untuk melawan  air disekitarnya tanpa kehilangan sensitivitas. apabila suatu bahan peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek berarti bahan peledak tersebut mempunyai ketahanan terhadap air yang buruk, sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut dengan baik (exellent): contoh bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap air yang buruk adalah emulsi, watergel, slurries.
  4. Kestabilan kimia (chemical stability) ~ adalah kemempuan untuk tidak berubah secara kimia dan tetap mempertahankan sensitivitas selama dalam penyimpanan didalam gudang dengan kondisi tertentu. Faktor-faktor yang mempercepat ketidakstabilan kimiawi antara lain panas, dingin, kelembaban, kualitas bahan baku, kontaminasi, pengepakan dan fasilitas gudang bahan peledak.
  5. Karakteristik gas (fumes characteristic) ~ Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fume, yakni gas hasil peledakan yang mengandung racun (toxic), apabila proses pencampuran ramuan bahan peledak tidak sempurna yang menyebabkan terjadinya kelebihan atau kekurangan oksigen selama proses dekomposisi kimia bahan peledak berlangsung. Gas hasil peledakan yang tergolong fume antara lain nitrogen monoksida (NO), Nitrogen Oksida (NO2), dan karbon monoksida (CO). Sangat diharapkan dari detonasi suatu bahan peledak komersial tidak menghasilkan gas-gas beracun , namun kenyataanya dilapangan hal tersebut sulit dihindari akibat beberapa faktor antara lain :
  • Pencampuran ramuan bahan peledakan yang meliputi unsur oksida dan bahan bakar tidak seimbang, sehingga tidak mencapai zero oxygen balance.
  • Letak primer tidak tepat
  • Kurang tertutup karena pemasangan stemming kurang padat dan kuat
  • Adanya air dalam Lubang ledak
  • Sistem waktu tunda (delay time system) tidak tepat kemungkinan adanya reaksi antar bahan peledak dengan batuan 

Analisa Produktifitas pledakan Untuk Mencapai Target Produksi Peledakan

Metedologi Pemecahan Masalah 
   
A. Pengisian Bahan Peledak
  1. Powder Faktor (PF) ~ merupakan suatu bilangan untuk menyatakan jumlah material yang diledakan atau dibongkar oleh sejumlah bahan peledak yang dapat dinyatakan dalam kg/ton. PF biasanya sudah ditetapkan oleh perusahaan karena merupakan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya dan juga karna berbagai pertimbangan.
  2. Panjang kolom isian (PC) ~ adalah kedalaman lubang ledak dikurangi stemming. PC = H-T    keterangan : PC = Panjang kolom isian (m), H = Kedalaman lubang (m), T = Stemming (m).
  3. Bahan Peledak ANFO ~ dalam penggunaan ANFO sesuai dengan ketentuan zero oxygen balance maka perbandingan yang digunakan adalah 94,5 % Amonium Nitrat (AN) dan 5,5 % Fuel Oil (FO).
  4. Loading Density ~ merupakan banyaknya bahan peledak untuk setiap panjang kolom lubang ledak yang dinyatakan dalam kg/m. 
      
B. Perhitungan Volume Hasil Peledakan dari Geometri Peledakan
     Pada tambang terbuka atau Quary, yang umumnya menerapkan peledakan jenjang atau bench blasting, volume batuan yang akan diledakan tergantung pada burden, spasi, tinggi jenjang, dan jumlah lubang.
Volume peledakan perlubang  = B x S x H
Total volume peledakan          = (B x S x H) x Jumlah lubang
Panjang kolom Isian               = Berat handak perlubang
                                                        Loading density

Analisa Produktifitas Peledakan Untuk mencapai Target Produksi peledakan

D. Data Dan Pengolahan Data
1. Data     
     Adapun data-data yang didapat pada area peledakan berupa : pola pemboran , arah pemboran dan data spesifikasi dari alat bor, misal merk Furukawa dengan diameter mata bor 5,5 inch dan panjang  batang bor 6 meter.
2. Pengolahan Data
a. Geometri Peledakan ~ pada satu bulan geometri peledakan adalah 


b. Volume Peledakan

     V = B x S x H
         = 4,5 x 5,5 x 5
         =  123,75 m3 (BCM)
Sementara pada perhitungan perhari terdapat 62 lubang, maka :
Volume peledakan = volume batuan  x jumlah lubang
V = (B x S x H) x 62
V = 123,75 x 62
V = 7672,5 m3 (BCM)

Misal pengerjaan dalam februari dan terdapat 28 hari, maka :
= volume peledakan perhari x 28
= 7.672,5 m3 x 28
= 214.830 m3

c. Panjang Kolom PC  = H - T
keterangan :
PC = Panjang kolom isian
H   =  Kedalaman lubang ledak
T    = Stemming

T (stemming) yang digunakan di perusahaan X adalah sebesar 2 m (ketentuan perusahaan)
jadi,
PC = H - T
      = 5m -2m
      = 3m

d. Pemakaian Bahan peledak 
Loading Density merupakan banyaknya bahan peledak untuk setiap panjang kolom lubang ledak :
Berat isian ANFO untuk setiap lubang
E = de x Pc
   = 12,13 kg/m x 3m
   = 36,39 kg

f. Kebutuhan ANFO untuk setiap lubang
     Pemakaian bahan ammonium Nitrat (AN) peledak untuk setiap lubang dapat diuraikan menggunakan rumus, yakni :
Berat AN = Berat Total bahan peledak per lubang   x 95,5
                                        100
                = 36,39  x 95,5
                     100
                = 37,75 kg

     Kebutuhan fuel Oil (FO) untuk setiap lubang juga dapat diuraikan menggunakan rumus, yakni :
Jumlah pemakaian AN untuk jumlah lubang ledak perhari
= Jumlah bahan peledak perlubang   x  jumlah lubang ledak
= 34,75 kg x 62
= 2154,5 kg AN

Jumlah pemakaian FO untuk jumlah lubang ledak perhari
= Jumlah FO perlubang  x  jumlah lubang ledak
= 2,50 liter  62
= 155 liter FO

3. Penyelesaian Masalah
     Berdasarkan data aktual dilapangan dengan menggunakan burden 4,5m, spasi 5,5m dan kedalaman lubang ledak 5 kita mendapatkan voleme sebesar 123,75 m3.
     Maka, dari planing peledakan sebesar 300.000 BCM per bulan, kita dapat menghitung :
     data aktual     =     target produksi peledakan
  jml lubang ledak                         x

214.830 m3 (BCM)   300.000 BCM  =
               62                         x
214.830 m3 x = 300.000 x 62

214.830 m3 x = 18.600.000

                    x = 18.600.000
                          214.830

                    x = 86,5 lubang

Total kebutuhan ANFO setelah terjadi penemabahan jumlah lubang ledak perhari adalah :
Ammonium Nitrat (AN) = jumlah kebutuhan AN perlubang x jumlah lubang
                             AN  = 34,75 kg x 86
                             AN  = 2988 kg/hari

Fuel Oil (FO) = jumlah FO x jumlah lubang

                FO = 2,50 liter x 86
                FO = 215 liter/hari.

Proses Pembentukan Batubara

     Proses pembentukan batubara sendiri sangat kompleks dan membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan (Coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Secara sibgkat ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi yakni :

  1. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan  dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
  2. Tahap malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Lapisan batubara
     Secara rinci, proses pembentukan batubara dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat adanya aktivitas  dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
  2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
  3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut diatas akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air(H₂O) clan sebagian akan menghilang  dalam bentuk karbondioksida (CO₂), karbonmonoksida (CO), Clan metana (CH₄).
  4. Geotektonik, Dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batu bara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
  5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan kemudian dierosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkelupas pad permukaanya, perlapisan batubara inilah yang diekspoitasi pada saat ini.
Jenis-Jenis batubara
     Berdasarkan tingkat proses pembentukanya yang dikontrol oleh tekanan panas dan waktu batubara umumnya dibagi menjadi lima kelas :
Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik mengandung antara 86%-98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Biasanya digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan pembuatan briket tanpa asap.
Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara paling banyak ditambang di Australia, dan batu bara ini masih dibedakan menjadi 2 yaitu :
  1. Batubara ketel uap atau batubara termal atau disebut steam coal, banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembakaran umum seperti pada industri bata atau genteng, dan industri semen.
  2. Batubara metallurgi (metallurgical coal atau coking coal) digunakan untuk keperluan industri besi dan baja serta industri kimia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibanding dengan bituminus.
Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan, Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umumnya menurut diesel (1981) adalah sebagai berikut :

  1. Alga, dari zaman pre-kambrium hingga ordvisium dan bersel tunggal. sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
  2. Silofita, dari zaman silur hingga devon tengah merupakan turunan dari alga sedikit endapan batubara dari perioda ini.
  3. Pteridofita, Umur devon atas hingga karbon atas. Materi utama pembentuk batubara berumur karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji. Berkembang biak dengan spora dan tumbuhan di iklim hangat.
  4. Gimnospermae, Kurun waktu mulai dari zaman permian hingga kapur tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tainggi. Jenis pteridospermae seperti ganggamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara permian seperti di Australia, India, dan Afrika.
  5. Angiospermae, dari zaman kapur atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan bunga dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum kurang dapat terawetkan.
Faktor-faktor Dalam Pembentukan Batubara
Faktor-fakto dalam pembentuka batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas  dari lapisan batubara, Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :

  1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
  2. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yangterendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimia.
  3. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material dasar yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
  4. Posisi geotektonik yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara dari
  5. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
  6. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan atau patahan.
  7. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan atau merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.
Lingkungan Pengendapan
Yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut :
  1. Struktur cekungan batubara, yakni posisi dimana material dasar diendapkan strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geoteknik.
  2. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara terbentuk . Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geoteknik.
  3. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
Interpretasi Lingkungan Pengendapan Dari Litotipe Dan Viikrolitotipe
Tosch (1960) dalam Bustin dkk (1983), Teicmuller and Teichmuller (1968) dalam Murchissen (1968) berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapanya.
Lingkungan pengendapan dari masing-masing litotipe adalah sebagai berikut :

  1. Vitrain dan Clarain, diendapkan didaerah pasang surut dimana terjadi perubahan muka air laut.
  2. Fusain, diendapkan pada lingkungan dengan kecepatan pengendapan rendah yaitu lingkungan air dangkal yang dekat dengan daratan.
  3. Durain, diendapkan dalam lingkungan yang lebih dalam lagi, diperkirakan lingkungan laut dangkal.
Sedangkan Interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan mikrolitotipe adalah sebagai berikut :
  1. Vikrit, Berasal dari kayu-kayuan seperti batang, dahan, akar yang menunjukan lingkungan rawa berhutan.
  2. Clarit, berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu dan diperkirakan terbentuk pada lingkungan rawa.
  3. Durit, Kaya akan jejak-jejak akar dan spora, hal ini diperkirakan terbentuk pada lingkungan laut dangkal.
  4. Trima serit, yang kaya akan vitrinit terbentuk dilingkungan rawa, sedangkan yang kaya akan liptinit terbentuk dilingkungan laut dangkal clan yang kaya akan inertinit terbentuk dekat daratan.
Teori Berdasarkan Tempat Terbentuknya
  1. Teori In-situ : Batubra terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batu bara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi dihutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon dihutan tersebut pada saat mati dan roboh langsung tenggelam kedalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
  2. Teori drift : batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan ditempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi didelta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisanya (multiseam) banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi).



Genesa"Keterjadian" Bahan Galian Mineral

Genesa (Keterjadian) Mineral


Artikel terkait : Proses Terbentuknya Batubara
                           Batuan-Batuan Di Bumi
                           Proses-Proses Geologi Dan Perubahan Bentang Alam




Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses pembentukan, komposisi, Model (bentuk, ukuran dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
  Tujuan utama mempelajari genesa suatu genesa endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya desebut dengan endapan primer (hipogen). jika mineral-mineral primer telah berubah melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).

Proses Pembentukan Endapan Mineral Primer

 Pembentukan mineral primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis endapan, yaitu :
 a. Fase Magmatik Cair
 b. Fase Pegmatitil
 c. Fase Pneumatolitik
 d. Fase Hidrothermal
 e. Fase Vulkanik

  Dari Kelima fase endapan diatas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan ;
 1. Kristalisasi Magma
 2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
  • Intra magmatic, bila endapan terletak didalam daerah batuan beku
  • Peri magmatic, bila endapan diluar 
  • Crypto magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
  • Apo Magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
  • Tele magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku.
 3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
  • Terbentuk karena kristalisasi magma atau didalam magma
  • terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
  • Metasomatisme (replacement) yaitu reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan larutan pembawa bijih.
 4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan.
 5. waktu terbentuknya endapan
  • Syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan.
  • Epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan.
Genesa "Keterjadian" Bahan Galian Mineral 
A. Fase Magmatic Cair (Liquid Magmatic phase)
  Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational setting. Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, tita magnetit, dan petlandit fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen Batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa batuan. contoh intan, dan platina.
2. Segresi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi di dalam batuan.

  Injeksi Mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi telah terdorong keluar dari magma.

B. Fase Pegmatik (Pegmatic Phase)
  Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan sekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.

Kristalisasi dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan sekelilingnya, sehingga batuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : Logam-logam ringan (Li-silikat, Be-Silikat(BeAl-Silikat), Al-rich silikat), Logam-logam berat (An, Au, W, dan Mo), Unsur-unsur jarang (Niobium, Lodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, u, Ti), batuan mulia (rubi, saphire, beryl, topaz, tormalin rose, rose quartz, smoki quartz, rock crystal).

C. Face Pneumatolitik (Pneumatolitic Phase)
   Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma. dari sudut geologi ini disebut kontak-metamorfisme karena adanya gejala kontak antara betuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. mineral kontak ini dapat terjadi bilauap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontakdengan batuan dindingyang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit(CaSiO3), amphobol, Kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.

  Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu : baking (pemanggangan) dan hardening (pengerasan).

  Ignoeus metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah(altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-fluida yang memancar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. oleh karena itu endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.

  Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur, sedangkan pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement) dan metamorfisme kontak pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.

  Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bomit, dan beberapa molibdenit. sedikit endapan jenis ini yang betul-betul tanpa besi, pada umunya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).

D. Fase Hidrothermal (Hidrothermal Phase)
   Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "agueous" sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal 2 macam endapan hidrothermal, yaitu :
  1. Cafity filling, mengisi lubang-lubang yang sudah ada dalam batuan.
  2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari hidrothermal.
  Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara lain ephithermal(T00C-2000C), Mesothermal (T1500-3500c), dan hipothermal (T3000c-5000c). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik). berikut altersi yang ditimbulkan berbagai macam batuan dinding. tetapi mineral-mineral seperti pirit (FeS2), Kuarsa (SiO2), Kalkopirit(cuFeS2), Florida-florida hampir selalu terdapat dalam ketiga tipe endapanhidrothermal.

  Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah emas(Au), magnetit(Fe3O4), hematit(Fe2O3), kalkopirit(CuFeS2), arsenopirit(FeAsS), pirrotit(FeS), galena(PbS), pentlandit(niS), wolframit : Fe(Mn)WO4, scheelit(CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-Sulfida(MoS2), Ni-Cosulfida, nikkelit (NiAs), Spalerit(ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat. Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn, Cu)sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu Sulfida, SB sulfida, Stibnit (Sb2S3), tetrahedrit(Cu,Fe)12SB4S13, Bornit (Cu2S), Galena(PbS), kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral gangue nya : kabonat-karbonat, kuarsa, pirit.

  ParagenesisEndapan ephitermal dan mineral gangue nya adalah native cooper(Cu), argentit (AgS), Golongan Ag-Pb komplek sulfida, markasit(FeS2), pirit (FeS2), cinabar(HgS), realgar(AsS), Antimonit(Sb2S3), Stannit(CuFeSn), dengan mineral-mineral gangue nya : kalsedon(SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit(BaSO4, zeolit(al-silikat).

E. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
  Endapan Phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukan bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
  1. Lava flow
  2. Ekshalasi, - dibagi menjadi : fumarol(terutama terdiri dari uap air H2o), Solfatar(berbentuk gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), Safroni (berbentuk baron).
  3. Mata air panas, - Bentuk (komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
  Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari vase vulkanik adalah belerang (kristal belerang, dan lumpur belerang), oksida besi(misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut sebagai contoh endapan tembaga, timbal, seng kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada.

Proses Pembentukan endapan Sedimenter
   Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitanya dengan batuan sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrothermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan daerah Bangka Belitung, dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. Endapan Sedimenter karena pelapukan limiawi seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan Laterit Nikel di Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/Selatan.
  Y.B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal di bagi 2 : yaitu endapan supergen, endapan yang metalnya berdasarkan dari hasil rombakan batuan atau bijih primer, serta endapan hipogen (endapan yang metalnya berasal dari aktifitas magma/epithermal). sedangkan berdasarkan host rock (dengan pengendapan batuan sedimen) dibagi 2 yaitu endapn signetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik( endapan mineral terbentuk setelah batuan ada).

  Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu :
Seumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder), erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan diatomae, batu bara, dan minyak bumi, serta dari magma dari kerak bumi atau vulkanisme (hipogene).

 Mineral bijih dibentuk oleh hasil rombakan dan proses kimia sebagai hasil pelapukan permukaan dan transportasi

  Secara normal materila bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan mengalami trasportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispresi geokimia. berbeda dengan dispresi mekanis, dispresi kimia mencoba mengenal secara kimia penyebab suatu dispresi.
  
  Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia sekunder. Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi didalam kerak bumi, meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk. dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi dipermukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersiprimer oleh proses yang biasanya terjadi dipermukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi dan pengendapan. bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat. mobilitas unsur sangat mempengaruhi dispersi. Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat dengan tubuh bijihnya. Sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif lebih jauh dari tubuh bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkungan seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa mobilitasnya rendah.

  Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan lateritik. Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau air permukaan. Oksidasi berjalan kearah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang tidak larut akan menjadi berongga, berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh endapan ini adalah endapan nikel laterit.
  
2. Cebakan Mineral Dibentuk Oleh Pelapukan Mekanik 
  Mineral disini dibentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari residu. Proses pemilihan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, Kasiterit, Magnetit, Monasit, Ilmenit, Zirkon, Intan, Garnet, Tantalum, Rutil, Dll.

  Berdasarkan tempat dimana diendapan, Plaser atau mineral letakan dapat dibagi menjadi :
  1. Endapan Plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer. terbentuk dari perjalanan residu (goresan), lalu mengalami pelapukan setelah tercuci, contoh platina di Urals.
  2. Plaser aluvium, merupakan endapan plaser penting. terbentuk di aliran sungai oleh air yang mengalir kontinu, terpisahkan karena beda berat jenis, mineral bijih akan terendapkan dibagian bawah sungai. Pengayaan terjadi karena kecepatan aliran air menurun, contoh endapan disungai Bangka Belitung.
  3. Plaser Laut/pantai, endapan ini terbentuk karena gelombang (ombak) pantai mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Umumnya muneral disini adalah ilmenit, magnetit, monasit, zirkon, intan, rutil tergantung dari batuan terebrasi.
  4. Fosil Plaser, merupakan endapan primer purba yang mengalami pembatuan, kadang termetamorfkan, contoh Proterozoikum witwatersand di Afrika Selatan yg merupakan daerah emas terbesar di dunia.
3. Cebakan Mineral Dibentuk Oleh Proses Pengendapan Kimia
  a. Lingkungan Darat
      Batuan klasik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah karena oksidasi Fe dan umumnya dalaam literatur disebut "red beds". kalau konsentrasi elemen logam permukaan atau dibawah tanah tempat pengendapan tinggi yg mungkin terjadi konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian(leaching) meresap dengan air tanah dan mengisi rongga sedimen klasik. Bijih Koloid akan pindah berubah kation Fe dan mineral lempung akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
  b. Kejadian cebakan mineral di laut dan didarat sangat berbeda, yang umumnya punya jumlah air dan kadar elemen yang tinggi dibanding kandungan dilaut. Elemen air laut sangat rendah, contoh Fe 2 x 10-7% yang menbentuk konsentrasi mineral logam yang berharga, ini dapat terjadi dalam keadaan khusus seperti :
  •  Adanya sumber logam yg berasal dari pelapukan batuan didarat / sistem hidrothermal dibawah permukaan laut.
  • Larutan yang ter transportasi, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
  • Endapan dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH), FeCO3 atau Fe-silikat tergantung perbedaan potensial reduksi (Eh).
  Bijih dalam lingkungan laut dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus menerus oolit ersebut akan stabil didasar laut dimana tertanam dalam material lempungan karbonatan yang mengandung beberapa besi yang bagus. Didasar laut mungkin oolit tersebut mengalami reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang menutupi daerah luas lautan.
Skema Terjadinya Mineral
Genesa "Keterjadian" Bahan Galian Mineral
 Klasifikasi Dan Golongan Mineral  
A. Native Element ( Unsur Murni )
  Native element atau Unsur murni adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau satu komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk unsur utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih atau ductile, jika ditarik dapat memanjang, namun tidak akan kembali seperti semula jika dilepaskan. Kelas Mineral native element ini terdiri dari 2 bagian umum :
  • Metal dan element intermetalic (logam), contohnya emas, perak dan tembaga.
  • semi metal dan nonmetal (bukan logam), contohnya antymony , bismuth, graphite, dan sulfur.
sistem kristal pada native element dapat dibagi 3 berdasarkan sifat mineral itu sendiri, bila logam seperti emas, perak, dan tembaga maka sistem kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat semi logam sepeti arsenik, dan bismuth maka sistem kristalnya adalah hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non logam sistem kristalnya dapat berbeda-beda seperti sulfur, sistem kristalnya orthohombik, intan sistem kristalnya isometrik, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, berkisar 6.

  Dalam grub native element ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides, dan carbides.

B. Mineral Sulfida
  Kelas  Mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya adalah logam (metal).

  Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya/ sumber sulfur. Unsur yang utama bercampur dengan unsur sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasnya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrothermal.

  Mineral Kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides ersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.

  Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam. Berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah, hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam.

  Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah Pyrite(FeS3), Calcocite(Cu2S), Galena(PbS), spalerite(ZnS), Dan proustite(Ag3AsS3). Dan termasuk juga didalamya selenides, tellurides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.

C. Mineral Oksida Dan Hidroksida
  Mineral oksida dan Hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH atau H).

  Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur terntentu. Susunanya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral sulfida umumnya lebih keras dibandingkan dengan mineral lainya kecuali silikat, lebih berat setelah sulfida. Unsur utama dalam oksida adalah besi, chrome mangan, timah, dan aluminium. beberapa mineral oksidayang paling umum adalah "es"(H2O), korondum, (AlO3), hematit(Fe2O3), Kassiterit (SnO2).

  Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akaibat campuran atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). reaksi pembentuknya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umunya adalah logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah geothit (FeOOH), dan limonite (Fe2O3,H2O).

D. Mineral Carbonat (CO3)
  Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat, kalau bersenyawa dengan Ca dinamakan Kalsium karbonat (CaCO3) dikenal sebagai mineral kalsit yang merupakan susunan utama pembentuk sedimen.

  Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan plangton yang mati. Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit dan stalagmite. Dalam kelas karbonat ini juga termasuk nitrat (BO3).

  Carbonat nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semi logam dengan anion yang kompleks dari senyawa -senyawa tersebut (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

E. Mineral Sulfat
  Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO4.2-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan anion sulfat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitic (penguapan) yang tinggi kadar airnya, dan menguap perlahan-lahan hingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.

  Pad kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat dan tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan anion-anionya masing-masing.

  Contoh -contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium sulfate), celestine (strontium sulfate), Barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrates calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chrome, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

F. Mineral Silicate (Si, O)
  Silicate merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang dikenali. Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini yang merupakan persenyawaan antar silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlah yang besar maka hampir 90% dari kerak bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100% dari mantel bumi (sampai kedalaman 2900 km dari kerak bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu batuan sedimen, metamorf(malihan), batuan beku. Silikat pembentuk batuan yang umum dibagi 2 yaitu kelompok ferromagnesium, dan nan-ferromagnesium.